Intelegensi

Posted on Senin, 29 Oktober 2012 by Unknown


A.    Sejarah Tes Intelegensi
Pada abad XIV, di cina, telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi para pelamar jabatan pegawai negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai, para pelamar harus mengikuti ujian, ujian tertulis mengenai pengetahuan konvusion klasik dan mengenai kemampuan menulis puisi. Ujian ini berlangsung sehari semalam di tingkat distrik. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus tingkat distrik kemudian harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa menulis prosa dan sajak. Dalam ujian ke 2 ini kurang dari 10% peserta yang lulus. Akhirnya barulah ujian tingkat akhir diadakan di peking dimana diantara para peserta terakhir ini hanya lulus 3% saja.
Lulusan ini kemudian diangkat menjadi mandarin dan bekerja sebagai pegawai negara. Dengan demikian dari ke 3 tahap ujian tersebut hanya 5 diantara 100.000 pelamar yang akhirnya menjadi mandarin dan bekerja sebagai pegawai Negara. Dengan demikian dari ke 3 tahap ujian tersebut hanya 5 di antara 100.000 pelamar yang akhirnya mencapai statis mandarin. Baru pada abad XIX ujian semacam itu mulai dihilangkan sejalan dengan pesatnya kemajuan universitas-universitas (Azwar, 1996)
Mungkin suatu kebetulan, bahwa awal perkembangan pengukuran mental berpusat pada kemampuan yang bersifat umum yang kita kenal sebagai tes intelegensi. Usaha pengukuran intelegensi berkembang dalam kurun waktu yang kurang lebih serempak di amerika serikat dan Perancis.

Rintisan Cattell
Mungkin suatu kebetulan, bahwa awal perkembangan pengukuran mental berpusat pada kemampuan yang bersifat umum yang kita kenal sebagai tes intelegensi. Usaha pengukuran intelegensi berkembang dalam kurun waktu yang kurang lebih serempak di Amerika Serikan dan Perancis.
Di amerika, usaha pertama tersebut dimulai oleh tokoh pencetus istilah “tes mental”, James Mckeen Cattell (1860-1944), yang menerbitkan bukunya mental tes and measuremens di tahun 1890. buku ini berisi serangkaian tes intelegensi yang terdiri atas 10 jenis ukuran. Ke 10 macam ukuran tersebut adalah: 
  1. Dinamo meter peasure, yaitu ukuran kekuatan tangan menekan pegas yang dianggap sebagai indikator aspek psikofisiologis 
  2. Rate of movement, yaitu kecepatan gerak tangan dalam satuan waktu tertentu yang dianggap memiliki komponen mental didalamnya. 
  3. Sensation areas, yaitu pengukuran jarak terkecil diantara 2 tempat yang terpisah dikulit yang masih dapat dirasakan sebagai 2 titik berbeda. 
  4. Peasue caosing pain, yaitu pengukuran yamg dianggap berguna dalam diaknosis terhadap penyakit saraf dan dalam mempelajari status kesadaran abnormal. 
  5. Least noticabele difference in weight, yaitu pengukuran perbedaan berat yang terkecil yang masih dapat dirasakan seseorang. 
  6. Reaction time for sound, yang mengukur waktu antara pemberian stimulus dengan timbulnya reaksi tercepat. 
  7. Time for naming colors, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap proses yang lebih”mental”daripada waktu-reaksi yang dianggap reflektif. 
  8. Bisection of a 50-cm line, yang dianggap sebagai suatu ukuran terhadap akurasi “ space judgment’ 
  9. Judgment of 10 second time, yang dimaksudkan sebagai ukuran akurasi dalam ‘time judgment’ (subyek diminta menghitung 10 detik tampa bantuan apapun). 
  10. Number of latters repeated upon once hearing, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap perhatian dan ingatan (subyek diminta mengulang huruf yang sudah disebutkan 1x)

Skala Binet-Simon (Alfred Binet, 1857-1911)
Alfred Binet direktur Lab. Universitas Sorbonne Prancis memulai suatu usaha pengukuran intelegensi dengan menggunakan metode Paul Broca. Dilakukan dengan cara mengukur lingkaran tempurung anak-anak (metode kraniometri). Pada tahun 1904 Binet kembali menekuni usaha pengukuran intelegensi, ia meninggalkan sama sekali pendekatan Kraniometri dan membuat alat baru yang dirancang untuk mengukur ketajaman bayangan, ketahanan dan kualitas perhatian, ingatan, kualitas penilaian moral dan estetika, dan kecakapan kesalahan logika seta memahami kalimat-kalimat.
Sejarah menggariskan bahwa Binet menjadi pemancang tinggal awal perkembangan tes-tes intelegensi modern yang awalnya digunakan pada anak-anak.
Dalam revisi 1986 terhadap skala Stanford Binet, konsep intelegensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu
1.      Penalaran verbal
2.      Penalaran kuantitatif
3.      Penalaran visual abstrak
4.      Memori jangka pendek

Skala-Skala Wechsler
Tiga puluh empat tahun setelah diterbitkannya tes intelegensi yang pertama oleh Bonet-Simon atau 2 tahun setelah munculnya revisi Stanford-Binet, David Wechsler memperkenalkan versi 1 tes intelegensi yang dirancang khususu untuk digunakan orang dewasa. Tes tersebut terbit pada tahun 1939 dan dinamai Wechsler-Bellevue Intelegent Scale (WBIS), disebut juga skala W-B.
Alasan Wechsler mengembangkan skala W-B adalah kenyataan bahwa tes intelegensi yang digunakan untuk orang dewasa saat itu hanya merupakan perluasan dari tes intelegensi untuk anak-anak dengan menambahkan soal yang sejenis yang lebih sukar. Isi tes yang seperti itu, menurut Wechsler seringkali tidak menarik minat dan perhatian orang dewasa.
Pada tahun 1949 Wechsler menerbitkan pula skala intelegensi untuk digunakan pada anak-anak.



Tes Intelegensi Kelompok
Sejalan dengan perkembangan tes intelegensi individual yaitu yang dikenakan pada subjek secara individual, mulai pula dirasakan perlunya tes intelegensi yang dikenakan pada sekelompok individu secara serentak atau tes kelompok.
            Tes intelegensi kelompok, yang dapat dikenakan dengan cepat dan discore serta dapat diinterpretasikan dengan cepat pula mulai dirancang oleh para ahli.

B.     Jenis-Jenis Intelegensi
1.      Stanford-Binet Intelegence Scale
Digunakan pada anak-anak. Dalam revisi 1986 konsep intelegensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu: penalaran verbal, pernalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
Penyelenggaraan tes dan penentuan skor menggunakan buku-buku kecil berisi,
1.      Kartu-kartu tercetak untuk prestasi
2.      Flip-over soal tes
3.      Objek tes misalnya balok, manik, papan bentuk, sebuah gambar besar boneka yang unisex dan multietnik.
4.      Buku kecil untuk tester
5.      Pedoman penyelenggaraan dan penskoran skala

2.      The Wechsler Intelegence Scale for Children-Revised/WISC-R
-          Terbit tahun 1974 untuk usia 6-16 tahun
-          Terdiri dari 12 subtes yang dua di antaranya digunakan sebagai cadangan.
-          Scala verbal terdiri atas:
1.      Informasi
2.      Pemahaman
3.      Hitungan
4.      Kesamaan
5.      Kosakata
6.      Rentang angka
-          Skala performansi terdiri atas
1.      Kelengkapan gambar
2.      Susunan gambar
3.      Rancangan balok
4.      Perakitan objek
5.      Sandi
6.      Mazes

3.      The Wechsler Adult Intelegence Scale Revised (WAIS-R)
-          Untuk usia 16-64 tahun

Skala verbal                                                     Skala performansi
1.      Informasi                                             1.  Kelengkapan gambar
2.      Rentang angka                                                2.  Susunan gambar
3.      Kosakata                                             3.  Rancangan balok
4.      Hitungan                                             4.  Perakitan objek
5.      Pemahaman                                         5.  Simbol angka
6.      Kesamaan

4.      The Standard Progressive Matrices (SPM
·         Grade I            : Kapasitas intelektual Superior
·         Grade II          : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
·         Grade III         : Kapasitas intelektual Rata-rata
·         Grade IV         : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata
·         Grade V          : Kapasitas intelektual Terhambat

5.      Advanced Progressive Matrices (APM)
·         Disusun oleh J.C. Raven pada tahun 1943
·         Tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya non-verbal. Set I disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir soal tes.
·         Untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior.
·         Tujuan: untuk mengukur tingkat intelegensi dan analisis klinis

6.      Colors Progressive Matrices (CPM)
·         Untuk;
-          Anak-anak yang berusia 5 sampai 11 tahun
-          Orang-orang yang lanjut usia (>60 tahun)
-          Anak-anal defective
·         Terdiri dari 36 soal dalam 3 seri: A, AB, dan B.
·         Dapat berbentuk buku soal maaupun papan.

Aspek yang diukur
1.      Berpikir logis
2.      Kecakapan pengamatan ruang
3.      Kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi.
4.      Kemampuan berpikir secara analogi.

7.      Culture Fair Intellegence Test (CFIT)
Culture Fair Intellegence Test (CFIT), Scale 2 and 3 from A and From B
·         Buku soal dan lembar jawaban yang terpisah
·         Tes ini mengukur faktor kemampuan mental umum (g-factor)
·         Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor kemampyan mental umum atau kecerdasan.
-          Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahu dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal
-          Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.
8.      The Kauffman Assesment Battery for Children (K-ABC)
·         K-ABC dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengetesan bagi kelompok-kelompok khusus, karena mengandalkan kemampuan verbal.

9.      Kaufman Addolesent and Adult Intelegence Test (KAIT)
·         Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahu atau lebih.
·         Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang intelegensi cair dan Kristal.
·         Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluative perencanaan.

10.  Kaufman Brief Intelegence Test (K-BIT)
Tes ini mencakup usia 4 hingga 90 tahun. Tes ini dirancang sebagai instrument penyaringan yang cepat untuk memperkirakan tingkat fungsi intelektual.

C.    Latar Belakang Tes Intelegensi 
  1. E. Seguin (1812 – 1880) disebut sebagai pionir dalam bidang tes intelegensi yang mengembangkan sebuah papan yang berbentuk sederhana untuk menegakkan diagnosis keterbelakangan mental. Kemudian usaha ini distandanisir oleh Henry H. Goddard (1906). E. Seguin digolongkan kepada salah seorang yang mengkhususkan diri pada pendidikan anak terkebelakang dan disebut juga bapak dari tes performansi. 
  2. Joseph Jasnow (1863 – 1944) adalah merupakan salah satu dari beberapa orang yang pertama kali mengembangkan daftar norma-norma dalam pengukuran psikologis. 
  3. G.C. Ferrari (1896) mempublikasikan tes yang bisa dipakai untuk mendiagnosis keterbelakangan mental. 
  4. August Oehr mengadakan penelitian inhmetasi antara berbagai fungsi psikologis (h. 14). 
  5. E. Kraepelin, seorang psikotes menyokong usaha ini, empat macam tes yang dikembangkan, di antaranya yaitu:
·         Koordinasi motorik
·         Asosiasi kata-kata 
·         Fungsi persepsi 
·         Ingatan 
6.      Dan E. Kraepelin juga mengembangkan tes intelegensi yang berkaiatan dengan tes penataran aritmatik dan kalkulasi sederhana tahun 1895.
Di samping itu berkembang pula tes yang dipakai untuk kelompok (group). Hal ini diawali dengan tes verbal untuk seleksi tentara (wajib militer) yang disebut dengan Army Alpha. Untuk yang buta huruf atau tidak bisa berbicara bahasa Inggris dipergunakan Army Beta sekitar tahun 1917 – 1918, tes ini dipakai hampir dua juta orang.

D.    Teori-Teori dan Pendekatan-Pendekatan Tentang Intelegensi
            Diantara beberapa uraian ringkas mengenai teori intelegensi beserta tokohnya masing-masing sebagai berikut: 
  • Alfred Binet mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik yaitu berkembang dari suatu faktor satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisa tunggal dari karekteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. 
  • Edward Lee Thorndiketeori Thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri dari berbagai kemampuan spesifik yang ditampikan dalam wujud perilaku intelegensi.
  • Robert J. Sternberg, teori ini mentikberatkan pada kesatuan dari berbagai aspek intelegensi sehingga teorinya teorinya lebih berorientasi pada proses. Teori ini disebut juga dengan Teori Intelegensi Triarchic. Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara:
a.       Intelegensi dan dunia internal seseorang
b.      Intelegensi dan dunia eksternal seseorang
c.       Intelegensi dan pengalaman
Adapun dalam memahami hakikat intelegensi, Maloney dan Ward (1976) engemukakakn empat pendekatan umum, yaitu. 
  1. Pendekatan Teori Belajar. Inti pendekatan ini mengenai masalah hakikat intelegensi terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru. 
  2. Pendekatan Neurobiologis. Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya. 
  3. Pendekatan Psikomotorik. Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak atau sifat psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua arah study, yaitu: Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan masalah, dan Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan penyusunan teori 
  4. Pendekatan Teori Perkembangan
Dalam pendekatan ini, studi intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan intelegensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu.

E.     Faktor-Faktor dalam Intelegensi
Dalam intelgensi akan ditemukan faktor-faktor tertentu yang para ahli sendiri belum terdapat pendapat yang sama seratus persen. Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai faktor-faktor dalam intelegensi
1.      Thorndike dengan Teori Multi-Faktor
Teori ini menyatakan bahwa intelegensi itu tersusun dari beberapa faktor yang terdiri dari elemen-elemen, tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom itu terdiri dari stimulus-respon. Jadi, suatu aktivitas adalah merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan yang lainnya.


2.      Spearman
Menurut Spearman intelegensi mengandung 2 macam faktor, yaitu: 
  • General ability atau general faktor (faktor G). Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor ini selalu didapati dalam semua “performance”. 
  • Special ability atau special faktor (faktor S). Faktor ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu. Dengan demikian, maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalambidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.

Menurut Spearman tiap-tiap “performance” adanya faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan. P=G+S

3.      Burt
Menurut Burt dalam intelegensi terdapat 3 faktor, yaitu:
  • Special ability atau special faktor (faktor S) 
  • General ability atau general faktor (faktor G) 
  • Common ability atau common faktor disebut juga group factor (faktor C)
Faktor ini merupakan sesuatu kelompok kemampuan tertentu seperti kemampuan kelompok dalam bidang bahasa. Sehingga rumus “performance” menjadi P=G+S+C

4.      Thurstone
Thurnstone mempunyai pandangan tersendiri. Dia berpendapat bahwa dalam intelegensi terdapat faktor-faktor primer yang merupakan “group factor”, yaitu:
  1. Spatial relation (S). Kemampuan untuk melihat gambar tiga dimensi 
  2. Perceptual speed (P). Kecepatan dan ketepatan dalam mempertimbangkan kesamaan dan perbedaan atau dalam merespon detil-detil visual. 

  1. Verbal comprehension (V). Kemampuan memahami bacaan, kosakata, analogi verbal, dan sebagainya. 
  2. Word fluency (W). Kecepatan dalam menghubung-hubungkan kata dengan berbagai rima dan intonasi. 
  3. Number facility (N). Kecepatan ketepatan dalam perhitungan 
  4. Associative memory (M). Kemampuan menggunakan memori untuk menghubungkan berbagi assosiasi. 
  5. Induction (I). Kemampuan untuk menarik suatu kesimpulan suatu prinsip atau tugas.

Menurutnya faktor-faktor tesebut berkombinasi sehingga menghasilkan tindakan atau perbuatan yang intelegen.

0 Responses to "Intelegensi":