A.
Sejarah Tes Intelegensi
Pada abad XIV, di cina,
telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi para pelamar jabatan pegawai
negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai, para pelamar harus mengikuti
ujian, ujian tertulis mengenai pengetahuan konvusion klasik dan mengenai
kemampuan menulis puisi. Ujian ini berlangsung sehari semalam di tingkat
distrik. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus tingkat distrik kemudian
harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa menulis prosa dan sajak. Dalam
ujian ke 2 ini kurang dari 10% peserta yang lulus. Akhirnya barulah ujian
tingkat akhir diadakan di peking dimana diantara para peserta terakhir ini
hanya lulus 3% saja.
Lulusan ini kemudian diangkat menjadi mandarin dan bekerja
sebagai pegawai negara. Dengan demikian dari ke 3 tahap ujian tersebut hanya 5
diantara 100.000 pelamar yang akhirnya menjadi mandarin dan bekerja sebagai
pegawai Negara. Dengan demikian dari ke 3 tahap ujian tersebut hanya 5 di antara
100.000 pelamar yang akhirnya mencapai statis mandarin. Baru pada abad XIX
ujian semacam itu mulai dihilangkan sejalan dengan pesatnya kemajuan
universitas-universitas (Azwar, 1996)
Mungkin suatu kebetulan,
bahwa awal perkembangan pengukuran mental berpusat pada kemampuan yang bersifat
umum yang kita kenal sebagai tes intelegensi. Usaha pengukuran intelegensi
berkembang dalam kurun waktu yang kurang lebih serempak di amerika serikat dan
Perancis.
Rintisan Cattell
Mungkin suatu kebetulan,
bahwa awal perkembangan pengukuran mental berpusat pada kemampuan yang bersifat
umum yang kita kenal sebagai tes intelegensi. Usaha pengukuran intelegensi
berkembang dalam kurun waktu yang kurang lebih serempak di Amerika Serikan dan
Perancis.
Di amerika, usaha
pertama tersebut dimulai oleh tokoh pencetus istilah “tes mental”, James
Mckeen Cattell (1860-1944), yang menerbitkan bukunya mental tes and
measuremens di tahun 1890. buku ini berisi serangkaian tes intelegensi yang
terdiri atas 10 jenis ukuran. Ke 10 macam ukuran tersebut adalah:
- Dinamo
meter peasure,
yaitu ukuran kekuatan tangan menekan pegas yang dianggap sebagai indikator
aspek psikofisiologis
- Rate
of movement,
yaitu kecepatan gerak tangan dalam satuan waktu tertentu yang dianggap
memiliki komponen mental didalamnya.
- Sensation
areas, yaitu
pengukuran jarak terkecil diantara 2 tempat yang terpisah dikulit yang
masih dapat dirasakan sebagai 2 titik berbeda.
- Peasue
caosing pain,
yaitu pengukuran yamg dianggap berguna dalam diaknosis terhadap penyakit
saraf dan dalam mempelajari status kesadaran abnormal.
- Least
noticabele difference in weight, yaitu pengukuran perbedaan
berat yang terkecil yang masih dapat dirasakan seseorang.
- Reaction
time for sound,
yang mengukur waktu antara pemberian stimulus dengan timbulnya reaksi
tercepat.
- Time
for naming colors,
yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap proses
yang lebih”mental”daripada
waktu-reaksi yang dianggap reflektif.
- Bisection
of a 50-cm line, yang dianggap sebagai suatu
ukuran terhadap akurasi “ space judgment’
- Judgment
of 10 second time,
yang dimaksudkan sebagai ukuran akurasi dalam ‘time judgment’ (subyek
diminta menghitung 10 detik tampa bantuan apapun).
- Number
of latters repeated upon once hearing, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap perhatian
dan ingatan (subyek diminta mengulang huruf yang sudah disebutkan 1x)
Skala Binet-Simon
(Alfred Binet, 1857-1911)
Alfred Binet direktur
Lab. Universitas Sorbonne Prancis memulai suatu usaha pengukuran intelegensi
dengan menggunakan metode Paul Broca. Dilakukan dengan cara mengukur lingkaran
tempurung anak-anak (metode kraniometri). Pada tahun 1904 Binet kembali
menekuni usaha pengukuran intelegensi, ia meninggalkan sama sekali pendekatan
Kraniometri dan membuat alat baru yang dirancang untuk mengukur ketajaman
bayangan, ketahanan dan kualitas perhatian, ingatan, kualitas penilaian moral
dan estetika, dan kecakapan kesalahan logika seta memahami kalimat-kalimat.
Sejarah menggariskan
bahwa Binet menjadi pemancang tinggal awal perkembangan tes-tes intelegensi
modern yang awalnya digunakan pada anak-anak.
Dalam revisi 1986
terhadap skala Stanford Binet, konsep intelegensi dikelompokkan menjadi empat
tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu
1.
Penalaran verbal
2.
Penalaran kuantitatif
3.
Penalaran visual abstrak
4.
Memori jangka pendek
Skala-Skala Wechsler
Tiga puluh empat tahun
setelah diterbitkannya tes intelegensi yang pertama oleh Bonet-Simon atau 2
tahun setelah munculnya revisi Stanford-Binet, David Wechsler memperkenalkan
versi 1 tes intelegensi yang dirancang khususu untuk digunakan orang dewasa.
Tes tersebut terbit pada tahun 1939 dan dinamai Wechsler-Bellevue Intelegent
Scale (WBIS), disebut juga skala W-B.
Alasan Wechsler
mengembangkan skala W-B adalah kenyataan bahwa tes intelegensi yang digunakan
untuk orang dewasa saat itu hanya merupakan perluasan dari tes intelegensi
untuk anak-anak dengan menambahkan soal yang sejenis yang lebih sukar. Isi tes
yang seperti itu, menurut Wechsler seringkali tidak menarik minat dan perhatian
orang dewasa.
Pada tahun 1949 Wechsler
menerbitkan pula skala intelegensi untuk digunakan pada anak-anak.
Tes Intelegensi Kelompok
Sejalan dengan perkembangan tes intelegensi
individual yaitu yang dikenakan pada subjek secara individual, mulai pula
dirasakan perlunya tes intelegensi yang dikenakan pada sekelompok individu
secara serentak atau tes kelompok.
Tes
intelegensi kelompok, yang dapat dikenakan dengan cepat dan discore serta dapat
diinterpretasikan dengan cepat pula mulai dirancang oleh para ahli.
B. Jenis-Jenis Intelegensi
1.
Stanford-Binet
Intelegence Scale
Digunakan pada
anak-anak. Dalam revisi 1986 konsep intelegensi dikelompokkan menjadi empat
tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu: penalaran
verbal, pernalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
Penyelenggaraan tes dan penentuan skor
menggunakan buku-buku kecil berisi,
1.
Kartu-kartu tercetak untuk prestasi
2.
Flip-over soal tes
3.
Objek tes misalnya balok, manik, papan bentuk, sebuah gambar besar
boneka yang unisex dan multietnik.
4.
Buku kecil untuk tester
5.
Pedoman penyelenggaraan dan penskoran skala
2.
The Wechsler Intelegence
Scale for Children-Revised/WISC-R
-
Terbit tahun 1974 untuk usia 6-16 tahun
-
Terdiri dari 12 subtes yang dua di antaranya digunakan sebagai
cadangan.
-
Scala verbal terdiri atas:
1. Informasi
2. Pemahaman
3. Hitungan
4. Kesamaan
5. Kosakata
6. Rentang angka
-
Skala performansi terdiri atas
1. Kelengkapan gambar
2. Susunan gambar
3. Rancangan balok
4. Perakitan objek
5. Sandi
6. Mazes
3.
The Wechsler Adult
Intelegence Scale Revised (WAIS-R)
-
Untuk usia 16-64 tahun
Skala verbal Skala
performansi
1.
Informasi 1. Kelengkapan gambar
2.
Rentang angka 2. Susunan gambar
3.
Kosakata 3. Rancangan balok
4.
Hitungan 4. Perakitan objek
5.
Pemahaman 5. Simbol angka
6.
Kesamaan
4.
The Standard Progressive
Matrices (SPM
·
Grade I :
Kapasitas intelektual Superior
·
Grade II : Kapasitas
intelektual Di atas rata-rata
·
Grade III : Kapasitas
intelektual Rata-rata
·
Grade IV : Kapasitas
intelektual Di bawah rata-rata
·
Grade V : Kapasitas
intelektual Terhambat
5.
Advanced Progressive
Matrices (APM)
·
Disusun oleh J.C. Raven pada tahun 1943
·
Tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya non-verbal. Set I
disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36
butir soal tes.
·
Untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang
berkemampuan intelektual lebih normal bahkan yang berkemampuan intelektual
superior.
·
Tujuan: untuk mengukur tingkat intelegensi dan analisis klinis
6.
Colors Progressive
Matrices (CPM)
·
Untuk;
-
Anak-anak yang berusia 5 sampai 11 tahun
-
Orang-orang yang lanjut usia (>60 tahun)
-
Anak-anal defective
·
Terdiri dari 36 soal dalam 3 seri: A, AB, dan B.
·
Dapat berbentuk buku soal maaupun papan.
Aspek yang diukur
1.
Berpikir logis
2.
Kecakapan pengamatan ruang
3.
Kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan
dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi.
4.
Kemampuan berpikir secara analogi.
7.
Culture Fair
Intellegence Test (CFIT)
Culture Fair Intellegence Test (CFIT), Scale 2
and 3 from A and From B
·
Buku soal dan lembar jawaban yang terpisah
·
Tes ini mengukur faktor kemampuan mental umum (g-factor)
·
Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor
kemampyan mental umum atau kecerdasan.
-
Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahu dan untuk orang dewasa yang
memiliki kecerdasan di bawah normal
-
Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan
kecerdasan tinggi.
8.
The Kauffman Assesment
Battery for Children (K-ABC)
·
K-ABC dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengetesan bagi kelompok-kelompok
khusus, karena mengandalkan kemampuan verbal.
9.
Kaufman Addolesent and Adult
Intelegence Test (KAIT)
·
Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahu atau lebih.
·
Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang
intelegensi cair dan Kristal.
·
Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian
masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluative
perencanaan.
10.
Kaufman Brief
Intelegence Test (K-BIT)
Tes ini mencakup usia 4
hingga 90 tahun. Tes ini dirancang sebagai instrument penyaringan yang cepat
untuk memperkirakan tingkat fungsi intelektual.
C.
Latar Belakang Tes Intelegensi
- E.
Seguin (1812
– 1880) disebut sebagai pionir dalam bidang tes intelegensi yang
mengembangkan sebuah papan yang berbentuk sederhana untuk menegakkan
diagnosis keterbelakangan mental. Kemudian usaha ini distandanisir
oleh Henry H. Goddard (1906). E. Seguin digolongkan
kepada salah seorang yang mengkhususkan diri pada pendidikan anak
terkebelakang dan disebut juga bapak dari tes performansi.
- Joseph
Jasnow (1863
– 1944) adalah merupakan salah satu dari beberapa orang yang pertama kali
mengembangkan daftar norma-norma dalam pengukuran psikologis.
- G.C.
Ferrari (1896)
mempublikasikan tes yang bisa dipakai untuk mendiagnosis keterbelakangan
mental.
- August
Oehr mengadakan
penelitian inhmetasi antara berbagai fungsi psikologis (h. 14).
- E.
Kraepelin, seorang
psikotes menyokong usaha ini, empat macam tes yang dikembangkan, di
antaranya yaitu:
·
Koordinasi motorik
·
Asosiasi kata-kata
·
Fungsi persepsi
·
Ingatan
6.
Dan E. Kraepelin juga mengembangkan tes
intelegensi yang berkaiatan dengan tes penataran aritmatik dan kalkulasi
sederhana tahun 1895.
Di samping itu
berkembang pula tes yang dipakai untuk kelompok (group). Hal ini diawali dengan
tes verbal untuk seleksi tentara (wajib militer) yang disebut dengan Army
Alpha. Untuk yang buta huruf atau tidak bisa berbicara bahasa Inggris
dipergunakan Army Beta sekitar tahun 1917 – 1918, tes ini
dipakai hampir dua juta orang.
D.
Teori-Teori dan Pendekatan-Pendekatan Tentang Intelegensi
Diantara
beberapa uraian ringkas mengenai teori intelegensi beserta tokohnya
masing-masing sebagai berikut:
- Alfred
Binet mengatakan
bahwa intelegensi bersifat monogenetik yaitu berkembang dari suatu faktor
satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisa tunggal dari karekteristik
yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.
- Edward
Lee Thorndike, teori
Thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri dari berbagai
kemampuan spesifik yang ditampikan dalam wujud perilaku intelegensi.
- Robert
J. Sternberg, teori ini mentikberatkan pada kesatuan dari berbagai
aspek intelegensi sehingga teorinya teorinya lebih berorientasi pada
proses. Teori ini disebut juga dengan Teori Intelegensi
Triarchic. Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan
antara:
a. Intelegensi dan dunia
internal seseorang
b. Intelegensi dan dunia
eksternal seseorang
c. Intelegensi dan
pengalaman
Adapun dalam memahami
hakikat intelegensi, Maloney dan Ward (1976) engemukakakn empat pendekatan
umum, yaitu.
- Pendekatan
Teori Belajar. Inti
pendekatan ini mengenai masalah hakikat intelegensi terletak pada
pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu
untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.
- Pendekatan
Neurobiologis. Pendekatan
ini beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis.
Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar
neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya.
- Pendekatan
Psikomotorik. Pendekatan
ini beranggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak atau sifat
psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua arah study,
yaitu: Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan masalah,
dan Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan penyusunan
teori
- Pendekatan
Teori Perkembangan
Dalam
pendekatan ini, studi intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan
intelegensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan
biologis individu.
E.
Faktor-Faktor dalam Intelegensi
Dalam intelgensi akan
ditemukan faktor-faktor tertentu yang para ahli sendiri belum terdapat pendapat
yang sama seratus persen. Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai
faktor-faktor dalam intelegensi
1.
Thorndike dengan Teori Multi-Faktor
Teori ini menyatakan
bahwa intelegensi itu tersusun dari beberapa faktor yang terdiri dari
elemen-elemen, tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom itu terdiri
dari stimulus-respon. Jadi, suatu aktivitas adalah merupakan kumpulan dari
atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan yang lainnya.
2.
Spearman
Menurut Spearman
intelegensi mengandung 2 macam faktor, yaitu:
- General
ability atau
general faktor (faktor G). Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi
berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor ini selalu didapati dalam semua
“performance”.
- Special
ability atau
special faktor (faktor S). Faktor ini merupakan faktor yang khusus
mengenai bidang tertentu. Dengan demikian, maka jumlah faktor ini banyak,
misalnya ada S1, S2, S3, dan
sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalambidang tertentu
dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
Menurut Spearman
tiap-tiap “performance” adanya faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan.
P=G+S
3.
Burt
Menurut Burt dalam intelegensi terdapat 3 faktor, yaitu:
- Special
ability atau
special faktor (faktor S)
- General
ability atau
general faktor (faktor G)
- Common
ability atau
common faktor disebut juga group factor (faktor C)
Faktor ini merupakan
sesuatu kelompok kemampuan tertentu seperti kemampuan kelompok dalam bidang
bahasa. Sehingga rumus “performance” menjadi P=G+S+C
4.
Thurstone
Thurnstone mempunyai pandangan
tersendiri. Dia berpendapat bahwa dalam intelegensi terdapat faktor-faktor
primer yang merupakan “group factor”, yaitu:
- Spatial
relation (S). Kemampuan
untuk melihat gambar tiga dimensi
- Perceptual
speed (P). Kecepatan
dan ketepatan dalam mempertimbangkan kesamaan dan perbedaan atau dalam
merespon detil-detil visual.
- Verbal
comprehension (V). Kemampuan memahami bacaan, kosakata, analogi verbal,
dan sebagainya.
- Word
fluency (W). Kecepatan
dalam menghubung-hubungkan kata dengan berbagai rima dan intonasi.
- Number
facility (N). Kecepatan
ketepatan dalam perhitungan
- Associative
memory (M). Kemampuan
menggunakan memori untuk menghubungkan berbagi assosiasi.
- Induction
(I). Kemampuan
untuk menarik suatu kesimpulan suatu prinsip atau tugas.
Menurutnya faktor-faktor
tesebut berkombinasi sehingga menghasilkan tindakan atau perbuatan yang
intelegen.
0 Responses to "Intelegensi":
Posting Komentar