Teori-teori Kognitif

Posted on Sabtu, 27 Oktober 2012 by Unknown


A.          Pandangan Dari Beberapa Pakar
1.   Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget merupakan salah satu tokoh yang memberikan atribusi yang sangat penting dalam hal perkembangan kognitif manusia. Dia mendeskripsikan empat tahap perkembangan yang sangat terkenal dalam sisi kognitif yang berbeda dan dengan pola-polanya yang sangat unik. Ke empat tahap tersebut merupakan rentan usia rata-rata, ada yang bisa mencapai tahap tersebut di usia dini dan ada pula yang lambat.
Beberapa tahap tersebut antara lain :
a. Tahap Sensori Motor (lahir hingga usia 2 tahun). Pada tahap ini, sebagian besar anak-anak berfokus pada apa yang mereka lakukan dan lihat pada saat itu. Kemampuan kognitif saat anak mulai bereksperimen dengan lingkungannya melalui prinsip Trial dan Eror.
b.  Tahap Praoperasional ( usia 2 hingga 6 atau 7 tahun). Pada tahap ini, perkembangan bahasa anak akan berkembang dengan pesat, penguatan kosakata akan meningkat pesat sehingga memungkinkan mereka mengekspresikan dan memikirkan beragam objek dan peristiwa. Pada tahahp ini anak-anak menunjukkan Egosentrisme Praoperasional (ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang lain) dan ditampilkan dalam bentuk percakapan egosentris (mengatakan sesuatu tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin diketahui oleh objek yang mendengar).
c.  Tahap Operasional Konkret (usia 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun). Pada tahap ini, proses berpikr anak-anak menjadi terorganisir ke sistem proses mental yang lebih besar sehingga memungkinkan mereka mudah dalam berpikir logis daripada sebelumnya.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 atau 12 tahun hingga dewasa). Pada tahap ini, anak-anak dan remaja sudah dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret, sudah mampu memiliki kesimpulan yang logis mengenai kehidupan sehari-hari,


2.   Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Vygotsky merupakan merupakan pakar lain yang memaparkan tentang perkembangan kognitif. Vygotsky meyakini bahwa orang-orang dewasa dimasyarakat mendorong perkembangan kognitif anak secara secara sengaja dan sistematis. Beliau menekankan pentingnya masyarakat dan budaya dalam mendorong pertumbuhan kognitif sehingga teorinya terkadang disebut sebagai perspektif sosiokultural. Beberapa asumsinya antara lain :
a.  Melalui percakapan formal dan sekolah formal, orang-orang dewasa menyampaikan kepada anak bagaimana kebudayaan mereka menafsirkan dan merespon dunia. Percapakan formal adalah sebuah metode orang dewasa untuk menyampaikan cara-cara menafsirkan situasi sesuai budaya yang berlaku. Vygotsky mengemukakan bahwa saat berinteraksi dengan anak-anak, orang dewasa membagikan makna yang mereka lekatkan pada objek, peristiwa, dan pengalaman manusia.
b.  Setiap kebudayaan menanamkan perangkat-perangkat fisik dan kognitif yang menjadikan kehidupan sehari-hari menjadi semakin produktif dan efisien. Dalam pandangan vygotsky, keberhasilan memperoleh perangkat-perangkat yang bersifat simbolik atau mental (perangkat kognitif) secara signifikan meningkatkan kemampuan berfikir anak.
c.  Pikiran dan bahasa semakin menjadi interpenden dalam tahun-tahun pertama kehidupan. Vygotsky mengemukakan bahwa pikiran merupakan fungsi-fungsi yang terpisah bagi bayi dan anak yang baru belajar berjalan. Saat pikiran dan bahasa mulai menyatu, anak sering berbicara kediri mereka sendiri dan merupakan suatu fenomena yang disebut Self Talk. Fenomena ini kemudian berevolusi menjadi Inner Speech (percakapan ke dalam), yakni bercara kepada dirinya secara mental.
d. Proses mental yang kompleks bermula sebagai aktifitas-aktifitas sosial; seiring perkembangan, anak-anak secara berangsur-angsur mengeinternalisasikan proses-proses yang mereka gunakan dalam konteks-konteks sosial dan mulai menggunakan secara independen. Vygotsky mengemukakan bahwa banyak proses berfikir yang kompleks berakar pada interaksi sosial.
e.  Anak dapat mengerjakan tugas-tugas yang menantang bila dibimbing oleh seorang yang lebih kompeten dan lebih maju daripada mereka. Dalam hal ini vygotsky membagi 2 jenis kemampuan yang mencirikan kemampuan anak dalam tahap perkembangan : tingkat perkembangan aktual (batas tugas yang dapat dikerjakan secara independen) dan tingkat perkembangan potesial (batas tugas yang dapat dikerjakan dengan bimbingan seseorang yang lebih ahli).
f.   Tugas mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimum. Menurut vygotsky sangat sedikit yang dipelajari anak-anak dari melaksanakan tugas-tugas yang telah mereka lakukan secara mandiri. Mereka berkembang dengan mengerjakan tugas yang cara penyelesaiannya dibimbing oleh orang lain.
Vygotsky juga membahas mengenai proses pembelajaran dan praktek belajar mengajar. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, menurut vygotsky bahwa belajar anak tidak terlepas dari bantuan orang dewasa, interaksi semacam itu biasa disebut dengan pengalaman belajar yang dimediasi. Beberapa jenis cara mediasi kemudian di kategorikan menjadi beberapa macam, antara lain :
a.  Scafolding, merupakan mekanisme pendukung yang membantu seorang pelajar untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas dalam zona perkembangan proksimalnya. Dengan kata lain scafolding merupakan bimbingan yang diberikan orang dewasa yang ahli kepada seorang anak dalam upaya penyeleaian masalah/problem sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
b. Partisipasi terbimbing dalam aktifitas-aktifitas orang dewasa, hal ini membantu menghubungkan berbagai keterampilan dan kemampuan berfikir yang baru diterima ke konteks-konteks spesifik yang mungkin dapat berguna dikemudian hari.
c.  Pemagangan, merupakan proses dimana seorang pemula bersama-sama dengan seorang yang sudah ahli dalam waktu yang cukup lama dalam rangka mempelajari cara-cara menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dalam suatu ranah tertentu. Melalui pemagangan tidak hanya cara menyelesaikan suatu tugas tertentu namun juga dapat memikirkan cara dalam melaksanakan tugas tersebut atau yang biasa disebut dengan pemagangan kognitif.
d. Ineraksi dengan Rekan Sebaya, merupakan cara agar dapat bekerjasama dengan temannya sehingga dalam pemecahan permasalahannya akan mudah untuk dilaksanakan.

Pandangan Kognitif Sosial Tentang Belajar
Teori kognitif sosial berakar pada behaviorisme maka dengan demikian juga akan membahas mengenai pengaruh penguatan dan hukuman dalam batas tertentu. Beberapa pembahasan penting yang nantinya akan kita bahas antara lain :
BANDURA DALAM KOGNITIF SOSIAL (PEMODELAN)
Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk meniru orang lain hampir sejak kita lahir. Banyak model yang bisa kita gunakan dalam belajar yang biasa dikatakan model hidup (manusia) yang nyata yang kita amati melakukan sesuatu. Ada juga model simbolik (karakter nyata atau fiksi yang digambarkan dalam film, cerita, dan berbagai media lain. Beberapa perilaku yang dapat dipelajari dalam permodelan :
  1. Keterampilan akademis (pengamatan kepada orang lain dari segi akademik)
  2. Agresi (contoh perilaku yang dilihat kemudian dijadikan perilaku yang mendorong dia berbuat baik ataupun buruk)
  3. Perilaku interpersonal (contoh yang menjadikan seseorang mengikuti kepribadian orang lain)
Bagaimana model mempengaruhi perilaku
Pemodelan memiliki empat kemungkinan efek terhadap perilaku pembelajar :
1.      Efek Pembelajaran Observasional (pengamat memperoleh sebuah perilaku baru yang diperagakan oleh model)
2.      Efek Pemfasilitasi Respon (pengamat menunjukkan perilaku yang telah dipelajari sebelumnya lebih sering setelah melihat seorang model diberi penguatan karena menampilkan perilaku tersebut)
3.      Efek Penghambat Respon (pengamat mengurangi frekuensi perilaku yang telah dipelajari setelah melihat model dihukum karena perilaku tersebut)
4.      Response Disinhibition Effect (pengamat menunjukkan perilaku yang dilarang atau yang dihukum lebih sering setelah melihat seorang menunjukkan perilaku tersebut tanpa mendapatkan konsekuaensi yang merugikan).

Membantu siswa belajar dari model
Empat kondisi yang dibutuhkan seorang siswa mampu belajar dengan sukses dari mengamati perilaku model antara lain : atensi (menaruh perhatian yang serius kepada model), reproduksi motor (melakukan perilaku yang ditunjukkan model), motivasi (siswa mampu menunjukkan perilaku yang telah di lihat dari model).
Self Efficacy
Secara umum Self Efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy diantaranya adalah keberhasilan dan kegagalan pembelajaran sebelumnya, pesan yang disampaikan oleh orang lain, keberhasilan dan kegagalan orang lain, dan keberhasilan dan kegagalan dalam kelompok yang lebih besar.
Self Regulated Learning
Self regulated learning merupakan pembelajaran yang diatur sendiri, pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri agar dapat belajar secara sukses. Ada beberapa hal yang mencakup SLR ini antara lain : penetapan tujuan (goal setting), perencanaan (planing), motivasi diri (self-motivation), kontrol atensi (attention control), penggunaan strategi belajar yang fleksibel, monitor diri (self-monitor), mencari bantuan yang tepat, evaluasi diri (self-evaluation). 

B.            Data-data penunjang lainnya
Pembelajaran dan Proses-Proses Kognitif
Pembelajaran merupakan perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil dari pengalaman. Defenisi ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian : pertama, pembelajaran adalah perubahan jangka panjang (lebih dari sekedar penggunaan informasi secara singkat), kedua, pembelajaran melibatkan representasi atau asosiasi mental (interkoneksi internal yang menyimpan pengetahuan dan keterampilan baru yang diperoleh), ketiga, pembelajaran adalah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman.


Dalam proses kognitif, memori merupakan hal yang tidak asing lagi karena dalam proses belajar, manusia senantiasa menyimpan informasi di dalam otak. Dalam memahami memori manusia ini maka kita harus mengetahui karakteristik tiga komponen memori dan bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu memori ke memori lainnya.
1.      Karakteristik sensory register
Sensori register adalah komponen memori yang menyimpan informasi yang anda terima, yaitu input lebih kurang dalam bentuk asli dan belum terkode.
2.      Karakteristik memori kerja
Memori kerja adalah komponen memori dimana kita tetap memusatkan perhatian pada informasi untuk waktu yang singkat selagi kita berusaha memahaminya. Memori kerja bersifat tidak permanen dan hanya dapat bertahan sampai 5 sampe 20 detik paling lama. Itu kenapa memori ini sering juga dsebut sebagai memori jangka pendek.
3.      Karakteristik memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tempat dimana pembelajar menyimpan pengetahuan dan keyakinan umum mereka tentang dunia, hal-hal yang telah mereka pelajari disekolah dan ingatan mereka tentang peristiwa dalam kehidupan prbadi mereka.

Proses-Proses Kognitif Tingkat Tinggi
Maksudnya adalah proses dimana orang melakukan sesuatu yang lebih kompleks terhadap apa yang mereka pelajari, misalnya aktif mempelajarinya, mengaplikasikannya pada situasi atau masalah baru, menggunakannya ketika menciptakan produk baru, atau mengevaluasinya secara kritis. Beberapa topik yang nantinya akan dbahas pada kognitif tingkat tinggi antara lain :
Metakognisi dan strategi belajar
Metakognisi merupakan pengetahuan dan keyakinan mengenai proses-proses kognitif seseorang, serta usaha sadarnya untuk dapat terlibat dalam proses berperilaku dan berfikir sehingga meningkatkan proses belajar dan memori. Metakognisi meliputi hal-hal sebagai berikut:

1.      Merefleksikan hakekat umum berfikir, belajar dan pengetahuan
2.      Mengetahui batasan-batasan pembelajaran dan kapasitas memori
3.      Mengetahui tugas-tugas belajar apa saja yang dapat dipenuhi secara realistis dalam suatu periode tertentu.
4.      Merencanakan pendekatan yang masuk akal terhadap tugas belajar
5.      Mengetahui dan mengaplikasikan strategi-strategi yang efektif untuk belajar dan mengingat materi baru
6.      Memonitor pemahaman dan pengetahuan seseorang. 

0 Responses to "Teori-teori Kognitif":