A.
Pandangan Dari
Beberapa Pakar
1.
Teori
Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget merupakan salah satu tokoh yang memberikan
atribusi yang sangat penting dalam hal perkembangan kognitif manusia. Dia
mendeskripsikan empat tahap perkembangan yang sangat terkenal dalam sisi
kognitif yang berbeda dan dengan pola-polanya yang sangat unik. Ke empat tahap
tersebut merupakan rentan usia rata-rata, ada yang bisa mencapai tahap tersebut
di usia dini dan ada pula yang lambat.
Beberapa tahap tersebut antara lain :
a. Tahap Sensori
Motor (lahir hingga usia 2
tahun). Pada tahap ini, sebagian besar anak-anak berfokus pada apa yang mereka
lakukan dan lihat pada saat itu. Kemampuan kognitif saat anak mulai
bereksperimen dengan lingkungannya melalui prinsip Trial dan Eror.
b. Tahap
Praoperasional ( usia 2 hingga
6 atau 7 tahun). Pada tahap ini, perkembangan bahasa anak akan berkembang
dengan pesat, penguatan kosakata akan meningkat pesat sehingga memungkinkan
mereka mengekspresikan dan memikirkan beragam objek dan peristiwa. Pada tahahp
ini anak-anak menunjukkan Egosentrisme
Praoperasional (ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang
lain) dan ditampilkan dalam bentuk percakapan egosentris (mengatakan sesuatu
tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin diketahui oleh objek yang mendengar).
c. Tahap
Operasional Konkret (usia 6 atau 7
tahun hingga 11 atau 12 tahun). Pada tahap ini, proses berpikr anak-anak
menjadi terorganisir ke sistem proses mental yang lebih besar sehingga
memungkinkan mereka mudah dalam berpikir logis daripada sebelumnya.
d. Tahap
Operasional Formal (usia 11 atau 12
tahun hingga dewasa). Pada tahap ini, anak-anak dan remaja sudah dapat
memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan
realitas konkret, sudah mampu memiliki kesimpulan yang logis mengenai kehidupan
sehari-hari,
2. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Vygotsky
merupakan merupakan pakar lain yang memaparkan tentang perkembangan kognitif. Vygotsky
meyakini bahwa orang-orang dewasa dimasyarakat mendorong perkembangan kognitif
anak secara secara sengaja dan sistematis. Beliau menekankan pentingnya
masyarakat dan budaya dalam mendorong pertumbuhan kognitif sehingga teorinya
terkadang disebut sebagai perspektif sosiokultural. Beberapa asumsinya antara
lain :
a. Melalui percakapan formal dan sekolah formal,
orang-orang dewasa menyampaikan kepada anak bagaimana kebudayaan mereka
menafsirkan dan merespon dunia. Percapakan formal adalah sebuah metode orang
dewasa untuk menyampaikan cara-cara menafsirkan situasi sesuai budaya yang
berlaku. Vygotsky mengemukakan bahwa saat berinteraksi dengan anak-anak, orang
dewasa membagikan makna yang mereka lekatkan pada objek, peristiwa, dan
pengalaman manusia.
b. Setiap kebudayaan menanamkan perangkat-perangkat fisik
dan kognitif yang menjadikan kehidupan sehari-hari menjadi semakin produktif
dan efisien. Dalam pandangan vygotsky, keberhasilan memperoleh
perangkat-perangkat yang bersifat simbolik atau mental (perangkat kognitif)
secara signifikan meningkatkan kemampuan berfikir anak.
c. Pikiran dan bahasa semakin menjadi interpenden dalam
tahun-tahun pertama kehidupan. Vygotsky mengemukakan bahwa pikiran merupakan
fungsi-fungsi yang terpisah bagi bayi dan anak yang baru belajar berjalan. Saat
pikiran dan bahasa mulai menyatu, anak sering berbicara kediri mereka sendiri
dan merupakan suatu fenomena yang disebut Self
Talk. Fenomena ini kemudian berevolusi menjadi Inner Speech (percakapan ke dalam), yakni bercara kepada dirinya
secara mental.
d. Proses mental yang kompleks bermula sebagai
aktifitas-aktifitas sosial; seiring perkembangan, anak-anak secara
berangsur-angsur mengeinternalisasikan proses-proses yang mereka gunakan dalam
konteks-konteks sosial dan mulai menggunakan secara independen. Vygotsky
mengemukakan bahwa banyak proses berfikir yang kompleks berakar pada interaksi
sosial.
e. Anak dapat mengerjakan tugas-tugas yang menantang bila
dibimbing oleh seorang yang lebih kompeten dan lebih maju daripada mereka.
Dalam hal ini vygotsky membagi 2 jenis kemampuan yang mencirikan kemampuan anak
dalam tahap perkembangan : tingkat perkembangan aktual (batas tugas yang dapat
dikerjakan secara independen) dan tingkat perkembangan potesial (batas tugas
yang dapat dikerjakan dengan bimbingan seseorang yang lebih ahli).
f. Tugas mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimum.
Menurut vygotsky sangat sedikit yang dipelajari anak-anak dari melaksanakan
tugas-tugas yang telah mereka lakukan secara mandiri. Mereka berkembang dengan
mengerjakan tugas yang cara penyelesaiannya dibimbing oleh orang lain.
Vygotsky juga membahas mengenai proses pembelajaran
dan praktek belajar mengajar. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, menurut
vygotsky bahwa belajar anak tidak terlepas dari bantuan orang dewasa, interaksi
semacam itu biasa disebut dengan pengalaman belajar yang dimediasi. Beberapa
jenis cara mediasi kemudian di kategorikan menjadi beberapa macam, antara lain
:
a. Scafolding,
merupakan mekanisme pendukung yang membantu seorang pelajar untuk berhasil
menyelesaikan suatu tugas dalam zona perkembangan proksimalnya. Dengan kata
lain scafolding merupakan bimbingan yang diberikan orang dewasa yang ahli
kepada seorang anak dalam upaya penyeleaian masalah/problem sehingga
permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
b. Partisipasi
terbimbing dalam aktifitas-aktifitas orang dewasa, hal ini membantu menghubungkan berbagai keterampilan
dan kemampuan berfikir yang baru diterima ke konteks-konteks spesifik yang
mungkin dapat berguna dikemudian hari.
c. Pemagangan, merupakan proses dimana seorang pemula bersama-sama
dengan seorang yang sudah ahli dalam waktu yang cukup lama dalam rangka
mempelajari cara-cara menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dalam suatu ranah
tertentu. Melalui pemagangan tidak hanya cara menyelesaikan suatu tugas
tertentu namun juga dapat memikirkan cara dalam melaksanakan tugas tersebut
atau yang biasa disebut dengan pemagangan
kognitif.
d. Ineraksi
dengan Rekan Sebaya, merupakan cara
agar dapat bekerjasama dengan temannya sehingga dalam pemecahan permasalahannya
akan mudah untuk dilaksanakan.
Pandangan
Kognitif Sosial Tentang Belajar
Teori
kognitif sosial berakar pada behaviorisme maka dengan demikian juga akan
membahas mengenai pengaruh penguatan dan hukuman dalam batas tertentu. Beberapa
pembahasan penting yang nantinya akan kita bahas antara lain :
BANDURA DALAM KOGNITIF SOSIAL (PEMODELAN)
Sebagai
manusia, kita memiliki kemampuan untuk meniru orang lain hampir sejak kita
lahir. Banyak model yang bisa kita gunakan dalam belajar yang biasa dikatakan model
hidup (manusia) yang nyata yang kita amati melakukan sesuatu. Ada juga model
simbolik (karakter nyata atau fiksi yang digambarkan dalam film, cerita, dan
berbagai media lain. Beberapa perilaku yang dapat dipelajari dalam permodelan :
- Keterampilan akademis
(pengamatan kepada orang lain dari segi akademik)
- Agresi (contoh perilaku
yang dilihat kemudian dijadikan perilaku yang mendorong dia berbuat baik
ataupun buruk)
- Perilaku interpersonal (contoh yang menjadikan seseorang mengikuti
kepribadian orang lain)
Bagaimana model mempengaruhi perilaku
Pemodelan memiliki empat kemungkinan efek terhadap
perilaku pembelajar :
1.
Efek Pembelajaran Observasional (pengamat
memperoleh sebuah perilaku baru yang diperagakan oleh model)
2.
Efek Pemfasilitasi Respon (pengamat menunjukkan perilaku yang telah dipelajari
sebelumnya lebih sering setelah melihat seorang model diberi penguatan karena
menampilkan perilaku tersebut)
3.
Efek Penghambat Respon (pengamat mengurangi frekuensi perilaku yang telah
dipelajari setelah melihat model dihukum karena perilaku tersebut)
4.
Response
Disinhibition Effect (pengamat
menunjukkan perilaku yang dilarang atau yang dihukum lebih sering setelah
melihat seorang menunjukkan perilaku tersebut tanpa mendapatkan konsekuaensi
yang merugikan).
Membantu
siswa belajar dari model
Empat
kondisi yang dibutuhkan seorang siswa mampu belajar dengan sukses dari
mengamati perilaku model antara lain : atensi (menaruh perhatian yang serius
kepada model), reproduksi motor (melakukan perilaku yang ditunjukkan model),
motivasi (siswa mampu menunjukkan perilaku yang telah di lihat dari model).
Self Efficacy
Secara
umum Self Efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuannya sendiri
untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy diantaranya adalah keberhasilan
dan kegagalan pembelajaran sebelumnya, pesan yang disampaikan oleh orang lain,
keberhasilan dan kegagalan orang lain, dan keberhasilan dan kegagalan dalam
kelompok yang lebih besar.
Self Regulated Learning
Self regulated learning merupakan pembelajaran yang
diatur sendiri, pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri agar dapat
belajar secara sukses. Ada beberapa hal yang mencakup SLR ini antara lain :
penetapan tujuan (goal setting), perencanaan (planing), motivasi diri
(self-motivation), kontrol atensi (attention control), penggunaan strategi
belajar yang fleksibel, monitor diri (self-monitor), mencari bantuan yang
tepat, evaluasi diri (self-evaluation).
B.
Data-data penunjang lainnya
Pembelajaran
dan Proses-Proses Kognitif
Pembelajaran
merupakan perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi mental
sebagai hasil dari pengalaman. Defenisi ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian
: pertama, pembelajaran adalah perubahan jangka panjang (lebih dari sekedar
penggunaan informasi secara singkat), kedua, pembelajaran melibatkan
representasi atau asosiasi mental (interkoneksi internal yang menyimpan
pengetahuan dan keterampilan baru yang diperoleh), ketiga, pembelajaran adalah
perubahan yang dihasilkan dari pengalaman.
Dalam
proses kognitif, memori merupakan hal yang tidak asing lagi karena dalam proses
belajar, manusia senantiasa menyimpan informasi di dalam otak. Dalam memahami
memori manusia ini maka kita harus mengetahui karakteristik tiga komponen
memori dan bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu memori ke memori
lainnya.
1.
Karakteristik sensory register
Sensori
register adalah komponen memori yang menyimpan informasi yang anda terima,
yaitu input lebih kurang dalam bentuk asli dan belum terkode.
2.
Karakteristik
memori kerja
Memori kerja adalah komponen memori dimana kita tetap
memusatkan perhatian pada informasi untuk waktu yang singkat selagi kita
berusaha memahaminya. Memori kerja bersifat tidak permanen dan hanya dapat
bertahan sampai 5 sampe 20 detik paling lama. Itu kenapa memori ini sering juga
dsebut sebagai memori jangka pendek.
3.
Karakteristik
memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tempat dimana pembelajar
menyimpan pengetahuan dan keyakinan umum mereka tentang dunia, hal-hal yang
telah mereka pelajari disekolah dan ingatan mereka tentang peristiwa dalam
kehidupan prbadi mereka.
Proses-Proses Kognitif Tingkat Tinggi
Maksudnya
adalah proses dimana orang melakukan sesuatu yang lebih kompleks terhadap apa
yang mereka pelajari, misalnya aktif mempelajarinya, mengaplikasikannya pada
situasi atau masalah baru, menggunakannya ketika menciptakan produk baru, atau
mengevaluasinya secara kritis. Beberapa topik yang nantinya akan dbahas pada
kognitif tingkat tinggi antara lain :
Metakognisi dan strategi belajar
Metakognisi
merupakan pengetahuan dan keyakinan mengenai proses-proses kognitif seseorang,
serta usaha sadarnya untuk dapat terlibat dalam proses berperilaku dan berfikir
sehingga meningkatkan proses belajar dan memori. Metakognisi meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1.
Merefleksikan
hakekat umum berfikir, belajar dan pengetahuan
2.
Mengetahui
batasan-batasan pembelajaran dan kapasitas memori
3.
Mengetahui
tugas-tugas belajar apa saja yang dapat dipenuhi secara realistis dalam suatu
periode tertentu.
4.
Merencanakan
pendekatan yang masuk akal terhadap tugas belajar
5.
Mengetahui dan
mengaplikasikan strategi-strategi yang efektif untuk belajar dan mengingat
materi baru
6.
Memonitor
pemahaman dan pengetahuan seseorang.
0 Responses to "Teori-teori Kognitif":
Posting Komentar